Ini adalah pahatan dan ukiran setiap kisah., sebentuk cerita, pelajaran, cinta dan airmata di sepanjang perjalanan kehidupan.

Kamis, 10 Mei 2012

Demam Oriflame


…………..akhirnya sodara-sodara, aku terbujuk rayu oleh si Hemoy itu. Jadilah aku downline-nya. Awalnya sih cuma risih aja, terus menerus ditawarin, kaena bulan ini adalah bulan pendaftaran yang murah, ya sudah deh, aku menyerah. Pagi hari setelah aku bergabung, aku sudah mendapat downline. Hari kedua aku bergabung, aku sudah bisa menjual 1 produk.

 Aku sih tidak akan begitu ngoyo belanja satu bulan Rp 500 rb buat mengajar tutup point. Bagiku jalan yang sepertinya lebih asyik dan lebih jelas adalah dengan cara menjual produknya. Dengan menjadi anggota, aku bisa mendapatkan potongan harga sebesar 23%. Dari produk-produk yang bisa kujual, selisih harga asli dengan harga CPL maka itulah keuntungan yang kudapat. Kalau akumulasi jumlah point yang kudapat mencapai 100, maka itu akan kuanggap sebagai bonusnya. 

Dari semua orang yang kuajak gabung ke merek kecantikan ini, semuanya menolak!!! haghaghag….dengan berbagai alasan/tanpa alasan. Gak cocoklah sama produknya, gak pernah make, ga tertarik, males, ga sreg dengan sistem MLM. Tapi yaaa dengan bujuk rayu, ada juga yang kecantol, hehehehe…Prinsipku ketika aku menawarkan, aku tidak akan pernah memaksa. Jikalau sudah dibujuk, beradu argumen, sudah menyinggung prinsip yang ia anut, aku akan mundur, dan mencari orang lain. Bisnis seperti ini memang harus menanggalkan rasa sungkan dan malu. Terkadang hal tak terduga terjadi. Orang yang kau anggap 60% mau dan tertarik, ternyata tidak tertarik, orang yang kau rasa pesimis untuk memesan produkmu, ternyata tertarik untuk memesannya. So, kenapa tidak dicoba??.

Diluar pro kontra mengenai bisnis MLM, bagiku, bisnis ini adalah bisnis perdagangan biasa. Bisnis jual beli biasa. Aku menjual barang dan aku mendapatkan keuntungan. Lumayan lho kalau 1 produk memberi keuntungan Rp.5000an. Dikali 10 sudah jadi Rp. 50 ribu. Naah begitu....so enjoy saja dengan bisnis ni, tak masalah jikalau tak menutup point, syukur-syukur bisa tutup point. Kalaupun harus tutup point, aku harus bisa menghasilkan pointnya dari orang lain. Dari orang yang mau membeli produk itu, bukan aku yang harus membeli sendiri produk itu. Kalaupun membeli harus dalam batas wajar dan sesuai kebutuhan, bukan sesuai dengan keinginan. Jadi pintar belanja, pintar berbisnis, dan pintar memutar uang....
Kalau sudah begini, siapa yang tidak setuju??
Yang tidak setuju......ah pasti banyaaak. Itu maaah biasa, asalkan tetap damai. Benar saudara-saudara?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar