Ini adalah pahatan dan ukiran setiap kisah., sebentuk cerita, pelajaran, cinta dan airmata di sepanjang perjalanan kehidupan.

Rabu, 02 Mei 2012

Tentang Genggong

                                                 Genggoers yang tidak lengkap
Setiap orang akan dekat dan tertarik secara kimiawi terhadap orang-orang tertentu. Mungkin inilah alasan kenapa terlahir genggong. Berawal dari kedekatan tempat duduk sewaktu masih aktif kuliah. Satu orang duduk, maka ia akan memboking sejumlah kursi untuk beberapa orang. Kursi itu di booking dengan cara meletakkan tas, buku, atau berbagai barang yang dibawa di kursi tersebut, agar orang lain tidak mendudukinya. Karena tempat duduk berdekatan, maka pembentukan kelompok untuk suatu tugas.juga terdiri dari orang-orang itu-itu saja. Baru terpisah dalam kelompok tugas, jika kelompok tugas di bentuk oleh dosen sendiri. Selalu terdiri dari orang-orang yang itu-itu saja ini lebih disebabkan rasa nyaman, dan enak ketika berkumpul.

Genggong ini juga terlahir sebab sebelumnya di kelas kami sudah ada geng yang lain. Namanya demato dan geng motor. Kelompok yang “itu-itu” kemudian terbakar untuk membuat tandingan.  Lalu terbersitlah geng yang namanya geng Genggong. Genggong ini terdiri dari tujuh orang cewek.  Awalnya mungkin hanya 6 orang, aku awalnya tidak termasuk di dalamnya, namun karena seringnya aku bersama-sama geng ini, maka secara alamiah aku masuk/dimasukkan dalam geng ini, hehe…
Ketujuh cewek ni yakni, (1) Yani, (2) Liong/Eyang/Li, (3) Iva, (4) Indah/Syo, (5) Uma/Mami, (6) Ayu/Nuzul, dan (7) aku.
Tujuh personil genggoers
Ketika masuk fase mengerjakan tesis, kelompok ini masih sering eksis. Kalau sudah berkumpul di perpus, maka meja dan kursi perpus akan dibajak, dan dipenuhi oleh barang-barang seperti laptop, buku-buku dan tentu saja makanan dan minuman kami. Ngerumpi, tertawa tertahan cekikikan, acara comblang-comblangan tak terhindarkan dari kegiatan merpus ini. Tak jarang mejeng narsis jepret sini, jepret sana, biar tetep eksis. Berkumpul tapi tetap saja mengaktifkan di jejaring sosial. Saling melempar status dan koment. 
Namun, selang waktu berlalu, alur cerita di masing-masing kehidupan personil genggong berubah. Pertemuan menjadi barang mahal setelah masing-masing berputar-putar sendiri dalam urusan masing-masing.
Begitu banyak episode kehidupan di lalui bersama genggong ini.
Berawal dari episode pernikahan Iva (pecah telor personil genggong yang menikah). Tidak hanya Iva yang sibuk mempersiapkan pernikahannya, namun personil lain (aku menyebutnya genggo’ers) juga amat sibuk mempersiapkan rencana menghadiri perkawinan Iva yang diselenggarakan di Malang. Mencari baju seragam, membuat rencana keberangkatan (kapan berangkat, menggunakan media transportasi apa, dimana menginap, membuat egenda liburan di Malang, membeli kado buat pengantin dsb). Tidak mudah mencapai mufakat.  Tujuh  kepala berarti 7 pendapat. Berbagai alternatif rencana dicadangkan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan. Saat itu, kami masih bisa mudah berkumpul. Namun sayang, saat tiba waktu keberangkatan, satu genggoers tidak bisa berangkat karena alasan urgen. Mami mau mengejar kompre (ujian proposal tesis). Sediih rasanya genggoers tidak bisa berkumpul di saat istimewa itu, namun mau bagaimana lagi.
                                                          Saat walimahan Iva 

Kejadian dramatis kedua menimpa salah satu genggoers, yakni Lia. Abahnya tiba-tiba terserang stroke, dan harus dirawat di rumah sakit. Kejadian yang membuat kehidupan Lia syok dan menjungkirbalikkan kemapanan kehidupan Lia. Tuhan rupanya hendak mengajarkan pada diri Lia, arti penting seorang ayah dalam hidupnya. Lia adalah seorang anak yang selalu mengalami masa enak, segalanya tahu beres, namun dengan kejadian itu, ia harus belajar untuk memenejemen segala sesuatunya, dan peran menjadi terbalik. Ia kini harus bertanggungjawab penuh atas perawatan ayah. Ia off hampir setengah tahun lamanya dari kampus dan tesis untuk merawat sang ayah. Hingga beberapa waktu lalu, kabar menyedihkan sampai pada kami. Ayah Lia dipanggil ke Rahmatulloh. Innalillahi wa innailahi roji’uun. Semoga amal ibadah ayah Lia diterima di sisi Alloh swt, dan diampuni dosa-dosanya. Semoga Lia sekeluarga di beri kekuatan dan kesabaran dalam menanggung kesedihan setelah ditinggal almarhum. Segera kembali ke Yogya Lia, kami semua merindukanmu...

Kejadian ketiga, pernikahan Ayu. Dalam fase ini, untuk membuat seragam saja, genggoers harus bersusah payah berkumpul untuk membeli dan menjahir seragam kondangan. Kali inipun personel genggoers tidak lengkap sebab Lia tidak bisa ikut menghadiri kondangan pernikahan Ayu ini.
                                                            Saat walimahan Ayu

Indah sudah hilang dari peredaran kampus, sebab ia sangat sibuk dengan bisnis barunya. Bisnis fashion dan kegiatan hijabers Jogja. Sms-sms ajakan untuk ke kampus sudah sampai titik jenuh karena tak jua ia balas. Hingga akhirnya, kami membiarkannya terlarut dalam kesibukannya sendiri. Kami percaya, bahwa suatu saat ia akan timbul dan kembali pada kami dengan sendirinya. Dan akhirnya benar, suatu hari ia datang dan menyatakan ingin insyaf dan kembali ke kampus.

Yani...ia memutuskan pergi beribadah haji bersama keluarganya. Dan ia semakin sulit dijangkau karena secara mengejutkan, sekembalinya dari berhaji ia mempersiapkan pernikahannya. Kali ini anggota genggong tidak riweh dengan persiapan membuat seragam, sebab tak mungkin bagi kami menghadiri persiapan Yani. Ia berasal dari Lombok, nun jauh di seberang pulau. Maka mengalirlah kami tetap dalam kesibukan masing-masing, tanpa perlu memusingkan pernikahan Yani.

Bagi personel genggong yang telah menikah, maka jarak geografis semakin menyulitkan buat berkumpul. Masing-masing mengontrak rumah bersama suami masing-masing, dan semakin sulitlah kami bertemu.

Praktis hanya aku dan Mami yang agak intens bertemu. Bahkan hingga kini. Ayu masih setia menjadi cheerleader bagiku, Mami dan Indah, Iva dan Yani. Ia yang lebih dulu lulus tak lelah mengobarkan semangat untuk kami dalam menyelesaikan tesis ini. Iva sibuk mengajar dan kami memaklumi kegiatannya ini. 

Bagiku, genggong ini adalah saudara, teman dekat, teman yang membuatku nyaman dan aman. Setiap kebersamaan terangkai menjadi pintalan kenangan indah. Hidup menjadi lebih bermakna sebab dikelilingi teman dan sahabat yang saling mengasihi satu sama lain. Meski tak bisa lagi bersama-sama, namun tak akan tergeser posisinya di hati. Genggoers...terimaksih atas kebersamaan indah ini. I love u all.......  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar