Jika kau terluka kawan, apa lukamu langsung menutup
sembuh seperti sedia kala?. Tentu saja tidak. Semisal lenganmu tergores benda
tajam, kakimu terantuk sesuatu kemudian jatuh, dan betismu terluka dan
berdarah, atau mungkin kau sedang mengiris sayur dan tanpa sengaja jarimu
teriris pisau itu atau kau mengalami kejadian-kejadian accident lainnya baik sengaja atau tak sengaja,,,kesemuanya itu
akan menyebabkan kau terluka. Kau bergegas mengambil betadin, antiseptik atau mungkin
tansoplas untuk tindakan pertama.
Lantas setelah itu, instant sembuh?. Untuk sebuah
luka gores kecil, paling tidak membutuhkan waktu seminggu hingga luka itu
hilang tak berbekas. Untuk luka yang lebih parah, seperti keponakanku yang
pernah kecelakaan sepeda motor hingga menyebabkan tulang kakinya retak, butuh
sekitar 4 tahun untuknya agar bisa kembali berjalan normal tanpa kruk. Itupun
dibarengi usaha pengobatan dan perawatan yang sangat intensif. Berkali-kali keluar
masuk ruang operasi untuk keperluan pengobatan. Ada sebuah proses yang harus
dilalui untuk sampai pada kesembuhan. Tubuh memerlukan waktu untuk
meregenerasikan jaringan-jaringan anggota tubuh yang terluka, mengganti bagian
yang rusak menjadi bagian baru. Semuanya diproses tidak secara instan. Jika tidak
sabar, dan melakukan tindakan-tindakan yang merugikan, seperti tidak minum obat
secara teratur, melanggar pantangan makanan, menggaruk-garuk/mengorek-orek
bekas luka dan lain sebagainya, niscaya luka tidak akan cepat sembuh, mungkin
justru semakin parah dan lama sembuh bahkan menyebabkan infeksi.
Begitu pula luka hati.
Sebagaimana luka fisik, luka hati juga memerlukan waktu untuk memulihkan diri. Hati
menjadi terluka mungkin disebabkan oleh sebuah pengkhianatan,
kegagalan/keinginan yang tidak tercapai, pelecehan dalam bentuk apapun (verbal,
fisik, psikis, seksual), perendahan/ketiadaan penghargaan akan harga diri,
pengekangan suatu aspirasi dan lain sebagainya. Hati memerlukan proses untuk bereaksi
terhadap rasa sakit akibat luka itu. Ekspresi yang mungkin terlihat adalah
menangis, sakit fisik, dan yang tidak terlihat mungkin adalah kemarahan,
kejengkelan, sakit hati, bad mood, kebencian, dan keinginan untuk membalas.
Secara psikis, mungkin terjadi
berbagai dialog dengan diri sendiri. Secara religius seseorang mungkin akan
melakukan aktivitas-aktivitas ibadah untuk melakukan koping dalam menghadapi
luka itu. Seseorang akan mengolah luka itu mungkin dengan cara reframing.
Membingkai luka itu dalam bentuk lain. Memaknai luka itu dengan cara yang lain.
Luka hati yang dialami mungkin dijadikan media untuk mengkoreksi diri, media
untuk pembelajaran diri, media untuk menjadi orang yang lebih baik dan
hati-hati.
Luka hati membutuhkan waktu
untuk menerima luka itu, meredakan segala kemarahan, memaafkan baik diri
sendiri maupun pihak-pihak yang melukai, dan mempersepsi luka sebagai hal yang
terbaik untuk diri sendiri. Semuanya membutuhkan waktu.
Sebagaimana luka fisik, luka
hati membutuhkan waktu untuk menyembuhkan diri. Akan sembuh tanpa bekas atau
sembuh dengan bekas yang tidak hilang. Bekas itu serupa memori yang terpatri di
hati. Mungkin saja seseorang bisa memaafkan, namun ingatan bahwa orang tersebut
pernah menyebabkan luka tidak akan pernah terlupakan oleh ingatan.
Jika kau terluka......maka
biarkan waktu membantumu menyembuhkan diri. Berdamailah dengan diri dan juga
dengan waktu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar