Ini adalah pahatan dan ukiran setiap kisah., sebentuk cerita, pelajaran, cinta dan airmata di sepanjang perjalanan kehidupan.

Selasa, 01 Mei 2012

Herpes, si unknown disease


Hari Jum’at siang lengan kiriku terluka. Terasa perih, meskipun cuma segaris merah kecil. Segera kuobati dengan betadin. Sorenya, setelah mandi, aku mendapati terdapat garis merah kecil di bagian perut. Kembali kuobati dengan betadin. Aku cuma heran, kenapa tubuhku terbaret-baret begini?, sepertinya aku tidak menyentuh apapun yang agak tajam. Rasa heran sempat terbersit dalam hati.
Satu hari kemudian, aku melakukan perjalanan ke luar kota. Sesampainya di sana, aku melihat luka di lenganku bertambah parah. Seperti ada sedikit luka nanah di dalam luka itu.


Aku memperlihatkan luka itu pada keponakanku yang baru saja diwisuda menjadi dokter muda. Olehnya aku diberi salep CHLORCORTIPOL.  Salep ini memiliki indikasi dermatitis dengan infeksi sekunder. Sedangkan kontra indikasinya salah satunya infeksi yang disebabkan virus atau jamur. Saat aku oleskan, tidak terjadi reaksi apa-apa namun lama-kelamaan timbul rasa kemrayas dan gatal di sekitar luka itu. Aku yang awalnya mau ke puskesmas tidak jadi ke puskesmas karena kata keponakanku, aku tidak memerlukannya. Aku kemudian beraktivitas seperti biasa. Bahkan aku sempat memotongi dahan dari pohon palm yang sakit karena terkena hama hewan seperti kupu-kupu coklat. Aku mengangkut sendiri dahan palm tersebut ke tempat sampah. Naaah...setelah itu timbul bintik-bintik mruntus kecil di lengan kananku. Seperti ada gelembung-gelombang kecil berisi air di lengan itu. Aku kembali memperlihatkan kembali gelembung gelombang kecil itu pada keponakanku.


Ia merekomendasikan untuk mengoleskan salep itu lagi. Ya sudah, aku kembali mengoleskan salep itu lg. 

Saat aku keluar membuang sampah dahan-dahan palm tadi, aku bertemu dengan para tetanggaku yang sedang berkumpul. Aku memperlihatkan luka di tanganku, dan mereka mengatakan kalau itu herpes. Mereka menyuruhku ke rumah sakit. Salah seorang tetanggaku bercerita bahwa anaknya baru saja juga terkena herpes. Ia menyebutkan nama salep yang diberikan oleh dokter di puskesmas yakni HYDROCORTISONE.

Sorenya karena lukaku tidak kunjung membaik, aku pergi ke rumah tetanggaku, meminta obat itu untuk melihat reaksinya terhadap lukaku. Ku baca indikasi dari hydrocortisone itu yakni for eczema and other allergic skin disorder. Aku terus mengoleskan salep itu hingga hari Minggu.

Senin pagi aku ke puskesmas. Oleh asisten dokter diperiksa awal, ditanyain mau periksa apa, dan di tensi. Asdok itu setelah melihat lukaku mengatakan bahwa mungkin itu herpes. Aku kemudian memperlihatkan kedua salep itu, dan ia mengatakan kalau obatnya bukan itu. Chlorcortipol dan hydrocortisone ternyata adalah salep buat gatal karena efek alergi. Setelah selesai pemeriksaan awal, aku kemudian diperiksa oleh dokter langsung. Dokter juga mengindikasikan aku terkena herpes. Ia menanyaiku beberapa hal. Bagaimana kejadian awalnya?. Apa yang dirasakan?, perih, gatal, atau pegel-pegel?, aku mengiyakan semuanya. Dokter kemudian memberiku salep dan beberapa obat untuk diminum. Ada yang rutin diminum, ada yang situasional diminum.
Adapun salep dan obat yang diresepkan dokter adalah:
Salep Acyclovir
  1. Salep Acyclovir 5%, dipakai 5x sehari, dioleskan tiap 4 jam sekali pagi hingga malam.
  2. Obat, tidak tahu apa namanya.  Bentuknya kecil-kecil, warnanya putih dan tulisannya nova, 50. Diminum 2x sehari.
  3. Parasetamol, diminum situasional ketika lengan terasa pegal. 
Dokter kemudian menyarankan, kalau obat minum rutin sudah habis, dan luka belum sembuh, sebaiknya mengkonsumsi vitamin B1. Herpes kalau tidak segera diobati akan dapat menyerang jaringan syaraf tepi. Aku lantas bertanya pada dokter, adakah makanan pantangan bagi pasien herpes?. Ternyata tidak ada, justru si pasien harus banyak makan dan bergizi supaya imun tubuhnya meningkat.

Aku kemudian pulang ke rumah, dan mulai menjalani pengobatan. Setelah aku pikir-pikir ulang, kenapa salep dari keponakanku dan dari tetanggaku tidak efektif ternyata karena kedua salep itu tidak sesuai dengan indikasi yang dicantumkan. Aku tidak cermat membaca indikasi dan kontra indikasi.

Perlu diketahui, kita harus membaca indikasi untuk mengetahui kegunaan sebuah obat. Dalam dunia kedokteran, ”indikasi”  memiliki dua definisi yang berbeda: ”pertanda” dan ”alasan”. Indikasi berdefinisi ”pertanda” maksudnya adalah orang dengan kondisi tertentu memiliki tanda-tanda/gejala tertentu dan mereka harus diperlakukan dengan cara tertentu, baik dengan diberi pengobatan atau menjalani terapi tertentu. Tanda-tanda/gejala ini bisa juga digunakan dokter untuk mendiagnosis penyakit. Definisi indikasi yang kedua merujuk pada alasan untuk membenarkan suatu pengobatan atau terapi tertentu. (Sumber:  http://kamuskesehatan.com/arti/indikasi/).


Sedangkan kontraindikasi adalah lawan dari indikasi. Jika indikasi adalah fungsi/kegunaan dari obat tersebut, maka kontraindikasi adalah malfungsi dari obat tersebut.
Jadi kita sebagai orang awam juga harus belajar apa arti dari indikasi dan kontraindikasi.


Hikmah dari pengalaman ini buat saya adalah, jangan menunda-menunda berobat ke dokter jika kita mengalami sakit. Awalnya saya minder ke puskesmas, karena luka yang saya alami cuma luka kecil, yang saya kira cuma luka tergores benda tajam atau luka akibat serangga tomket namun ternyata meskipun terlihat sepele dan kecil, penyakit tersebut ternyata dapat berbahaya.


Semoga pengalaman ini bisa bermanfaat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar